Langsung ke konten utama

Postingan

PRI SULSEL : Perppu Cipta Kerja Untuk Pemodal, Bukan Rakyat !

Penulis/Editor : Publikasi FMN Makassar dok. massa aksi Protes Rakyat Indonesia Sulawesi Selatan Gelombang protes penolakan terhadap regulasi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja masih terus bergejolak hingga hari ini. Di berbagai daerah serentak melakukan, mulai dari ibu kota Jakarta hingga kota Makassar. Protes Rakyat Indonesia (PRI) adalah salah satu aliansi sekala nasional yang terlibat aktif dalam agenda-agenda protes. Di Makassar sendiri, PRI Sulsel telah melakukan aksi sebanyak 2 kali yaitu pada 28 Ferbruari dan 14 Maret 2023. Aksi terakhir yang berjalan sejak pukul 13.00 wita baru berkahir pada pukul 20.30 wita. Aksi yang diikuti oleh puluhan organisasi dan ratusan massa aksi, kali ini menggunakan metode yang berbeda dari biasanya. Bukan hanya orasi dan berdemontrasi, PRI Sulsel juga menggelar Panggung Rakyat yang baru dimulai pada malam hari yaitu pukul 19.00 wita. Ijul selaku koordinator PRI Sulsel menjelaskan b

Demi Pendidikan: Dari Tarung Bebas, Kerja Paruh Waktu, hingga Berakhir Meninggal Dunia

Pamflet ucapan duka Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta atas meninggalnya Nur Riska Fitri Aningsih (Instagram/fis_uny) * Tulisan ini kami rangkum dari thread yang diterbitkan oleh Ganta Semendawi (@rgantas) di Twitter pada 11 Januari 2023. Kami melakukan republikasi setelah melalui sedikit perbaikan pada penggunaan kata yang tidak baku. [A Thread & Kenangan] Di antara semua kepahitan kisah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang saya kenal, mungkin ini cerita yg paling getir. Cerita ini tentang seorang perempuan kecil. Sayang ia tak bisa mengisahkan kepada pembaca secara langsung, karena tepat 9 Maret 2022 ia telah meninggal dunia. Mungkin tak banyak yang mengenalnya, tapi untuk yg benar-benar berteman dengannya, ia adalah sosok tak terlupakan. Kegigihannya untuk mencoba melanjutkan kuliah berasal dari tekad yg maha dahsyat. Meminjam Hemingway, tekadnya bak: “Bisa dihancurkan, tapi tak bisa dikalahkan.” Ia bernama Riska. Ambisinya untuk melanjutkan stu

Demokrasi dan Jurus Lupa Ingatan

  Ilustrasi/ Kalaliterasi * Artikel ini telah diterbitkan oleh  Kalaliterasi.com  pada 05 Juli 2017.  Kami melakukan republikasi tanpa mengubah judul, isi artikel hingga gambar ilustrasi. Penulis: Abdul Salman (AGRA Sulsel) Sadar tak sadar, ingat tak ingat, dan benar-benar lupa, kalau kata demokrasi yang sering diungkapkan dari rakyat untuk rakyat oleh rakyat benar adanya. Buktinya ada saat pemilihan legislatif, bupati, gubernur dan presiden. Tak lupa juga pemilihan kepala desa, ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), ketua Himpunan Mahasiswa serta yang sama makna dengannya. Begitu nyata demokrasi itu wujud di tengah-tengah rakyat Indonesia. Tak hanya itu. Demokrasi a la borjuasi ini setelah berhasil dilaksanakan seperti makna demokrasi seutuhnya, pasca pemilu maka otomatis kata demokrasi tadi diubah pula maknanya. Saya memilih dua kata demokrasi dan amnesia, atau bisa disingkat “demokramnesia” – demokrasi lupa ingatan. “Demokramnesia”, menarik bukan? Istilah ini spontan muncul di a

Membongkar Mitos Tentang Otonomi Perguruan Tinggi

Ilustrasi/ Abhimantara Penulis : Dep. Pendidikan & Propaganda FMN Makassar   Otonomi merupakan prasyarat untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta tumbuhnya berbagai kreativitas, inovasi, dan pemikiran. Di banyak negara, otonomi melekat sejak sebuah perguruan tinggi didirikan, atau sering disebut sebagai otonomi konstitusional (constitutional autonomy) . [1] Dalam dua dekade terakhir, Perguruan Tinggi Negeri semakin didorong untuk Otonom secara full baik dalam hal otonomi akademik maupun otonomi non akademik. Mari kita membedah, apakah otonomi PTN melahirkan manfaat seperti yang dimaksud diatas atau hanya mitos belaka. 1.      Pengembangan ilmu pengetahuan serta tumbuhnya berbagai inovasi dan kreativitas   Perguruan Tinggi dinilai sangat sulit/ lambat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan serta menumbuhkan kreativits dalam memajukan perguruan tinggi karena masih sangat terikat dengan birokrasi yang panjang sehingga untuk percepatan kemajuan ilmu pengetahuan, kreativitas, inovasi d

Perempuan Adat Ammatoa Kajang

Ilustrasi perempuan masyarakat adat Kajang/ Kalaliterasi.com * Artikel ini telah diterbitkan oleh  Kalaliterasi.com  pada 11 September 2017. Kami melakukan republikasi tanpa mengubah judul, isi artikel hingga gambar ilustrasi. Penulis: Junaid Judda, Sekjen Pemuda Baru (PEMBARU) Indonesia Ja’bajinong seorang perempuan adat kajang berusia 45 tahun. Berkulit kuning langsat dan masih berperawakan muda. Dia ibu dari enam anak. Aktivitas sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga. Dalam adat Kajang,  Ja’bajinong seorang Angronta, atau lebih dikenal dengan Angrota Baku Atowayya. Ja’bajinong tinggal dalam rumah berbahan kayu bitti, pohon bambu, dan atap yang terbuat dari daun sagu. Rumahnya menghadap di mana matahari terbenam. Dapurnya terletak di ruang tamu, yang mengandung nilai filosofi tersendiri. Di sekitar  rumah Ja’bajinong banyak ditumbuhi kayu bitti, pohon bambu, dan ada juga sedikit tanaman langsat sehingga suasananya sangat sejuk. Jika menuju rumah Ja’bajinong, seseorang harus menyusur

Manfaat Menjadi Aktivis Tani? Ini Jawabanku

  Ilustrasi/ Kalaliterasi.com * Artikel ini telah diterbitkan oleh Kalaliterasi.com pada 22 November 2017.  Kami melakukan republikasi tanpa mengubah judul, isi artikel hingga gambar ilustrasi. Penulis/Editor: Abdul Salman (Alumni FMN Makassar, saat ini aktif di AGRA Sulsel) Menurut saya tidak adil jika menjawab pertanyaan kawan Nuni secara langsung — lisan — saat dia (baca; Nuni) menitip pertanyaanya melalui Yulia Qurani. Pertanyaanya seperti ini, “Apa manfaat bagi saya (Abdul Salman) , dan kenapa harus memilih kerja seperti itu?” Pertanyaanya tersebut memanglah khusus buat saya, tapi menurut penerawangan masih banyak di lingkaran teman saya juga punya pertanyaan serupa dan belum siap menanyakan ke saya. Supaya tidak mengulangi pertanyaan serupa, penting kiranya menjawab hal ini lewat ruang paling pribadi dimana saya bebas menuangkan gagasan yaitu melalui tulisan. Pertama izinkan saya menjelaskan apa, bagaimana, kenapa saya memilih pekerjaan ini dan apa manfaat (Income : gaji) ba

Memahami Indonesia Sebagai Negara Setengah Jajahan Setengah Feodal

Ilustrasi/ wahananews Penulis/Editor: Popeye :) Sistem Setengah Jajahan Setengah Feodal (SJSF) adalah suatu keadaaan dimana eksisnya dua kekuataan ekonomi-politik dalam waktu yang bersamaan, yakni kekuatan imperialisme dan feodalisme dalam negara. Keadaan ini berarti dua kekuatan tersebut hadir dalam keadaan yang tidak lagi utuh: tidak sebagai kekuatan imperialisme secara utuh dan tidak pula sebagai kekuatan feodalisme secara utuh, melainkan penggabungan dari keduanya. Imperialisme sendiri dimaknai sebagai tahapan tertinggi perkembangan kapitalisme atau akhir dari perkembangan kapitalisme. Pasca revolusi industri pada 1860, klas borjuasi di negeri-negeri industri maju seperti Inggris, Prancis hingga Amerika Serikat berada dalam kondisi persaingan yang masih relatif bebas, namun secara bertahap persaingan tersebut terus meningkat ditandai proses merger dan akuisisi. Klas borjuasi yang gagal dan tidak mampu bertahan dalam persaingan perebutan pasar, daerah jajahan untuk sumber bahan