Soeharto Abdi Imperialis, Musuh Rakyat dan Anti Demokrasi. Tak Pantas Menjadi Pahlawan Nasional.
Presiden Prabowo Subianto resmi menetapkan 10
tokoh sebagai pahlawan nasional pada tahun ini. Keputusan ini disampaikan
langsung dalam acara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional 2025, di Istana
Negara, Jakarta. Kegiatan tersebut berlangsung pada momen hari pahlawan
nasional 10 November 2025. Dalam 10 nama, ada 2 tokoh yang kemudian mencolok
dan menjadi perdebatan. Yakni Soeharto (presiden ke 2 RI) dimana pada masa
pemerintahannya sangat dikenal sebagai rezim orde baru. Kemudian Marsinah yang
merupakan seorang buruh yang mati atau dibunuh pada masa pemerintahan rezim orde
baru. Kenapa 2 nama ini diperdebatkan, karena 2 tokoh ini dinilai bertentangan
dan tidak bisa dipersatukan.
Marsinah adalah buruh pabrik yang menolak
praktik eksploitasi sekaligus perempuan yang menolak tunduk. Marsinah berbeda
dengan Soeharto, ia tidak memerintah dengan teriakan komando, juga tanpa
senjata. Ia berdiri dengan tegak di hadapan rezim dan bersuara dengan lantang
menuntut keadilan; ia juga memimpin aksi mogok di pabrik pada tahun 1993.
Namun, seluruh upaya tersebut direspons negara dengan cara yang paling keji.
Marsinah diculik, disiksa, dibunuh, dan kasusnya tak pernah diusut hingga
tuntas; bahkan Munir selaku pembela hukum yang memperjuangkan kasus ini turut
dilenyapkan. Kisah Marsinah adalah sebagian kecil dari dosa rezim fasis orde
baru yang dipimpin oleh Soeharto. Masyarakat menilai masih banyak dosa-dosa
Soeharto kepada rakyat yang menjadi alasan kenapa Soeharto tidak pantas
mendapat gelar pahlawan nasional.
Pada hari yang sama, Aliansi Nasional Pemuda
Mahasiswa kemudian menggelar aksi di depan kantor kementerian kebudayaan RI
sebagai bentuk penolakan pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto. FMN, GMNI Jaksel, PEMBARU Ranting Kapuk, dan
BEM STH Jentera yang tergabung dalam aliansi bersepakat mengangkat tema utama
yaitu Soeharto Abdi Imperialis, Musuh Rakyat dan Anti Demokrasi. Tak
Pantas Menjadi Pahlawan Nasional.
Dalam rilisnya, aliansi nasional pemuda mahasiswa menjelaskan
bahwa Di tengah ancaman krisis fiskal pada tahun 2026, rakyat Indonesia juga
turut dihadapi oleh ancaman krisis identitas kebangsaan yang menjangkiti hajat
dan hari depan rakyat Indonesia. Disematkannya Soeharto sebagai pahlawan
nasional pada 10 November 2025 adalah pengkhianatan panji reformasi dan
perjuangan demokratis 1998.
Soeharto adalah presiden ke-II Indonesia yang menggagas politik
pintu terbuka mulai pada tahun 1967. Amanat Konstitusi Undang-Undang Dasar
1945, titah suci rakyat yang tertuang dalam 5 butir Pancasila, hingga
prinsip-prinsip Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia telah dilipat oleh
Soeharto dengan eksploitasi masif manusia dan sumber daya alam; akumulasi
kapital melalui pembukaan keran investasi asing besar-besaran, dan ekspansi
kapital melalui perampasan tanah dan ruang hidup rakyat Indonesia.
Melalui Soeharto, Neoliberalisme Imperialis AS dengan mudah
masuk dan menjangkiti sistem kedaulatan dan kemandirian ekonomi serta tata
negara dan politik Indonesia; Sehingga membuka konstelasi perdagangan bebas di
Indonesia dan anarkisme pasar dalam negeri yang semakin mempertajam kedaulatan
dan kemandirian ekonomi nasional.
Kekuatannya digalang dan didukung oleh Borjuasi Besar Komprador, Tuan Tanah Besar Feodal, dan Kapitalisme Birokrasi yang korup, kolusi, dan nepotis. Saat rakyat dicekik oleh berbagai kebijakan anti rakyat milik Soeharto, Presiden Durjana ini justru membangun ketakutan dan teror terbuka kepada siapapun yang mengkritiknya. Setidaknya selama 32 tahun kekuasaan fasis dan tiran Soeharto, lebih dari 5.000 jiwa rakyat Indonesia harus meregang nyawa hanya karena ingin menyampaikan aspirasi dan kritiknya untuk pemerintahan agar dapat segera memperbaiki buruknya tata kelola karena Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme yang merajalela.
Namun karena kontradiksi sejarah yang merawat sistem ekonomi-politik yang busuk nan usang; Kepemimpinan tiran, fasis, dan durjana Soeharto akhirnya menemui ajalnya: yaitu, ancaman krisis moneter 1987-1998. Jutaan rakyat membangun eskalasi gerakan massa dan menuntut pertanggungjawaban pemerintah, hingga akhirnya tuntutan tersebut berkembang menjadi: "Turunkan Soeharto"; yaitu tuntutan termaju pada zamannya.
Hingga kini selama 58 tahun, tak ubahnya rezim dari zaman ke
zaman berada dibawah bayang-bayang pengaruh kepemimpinan tiran, fasis, dan
durjana Soeharto. Soeharto telah mewarisi Neoliberalisme dan fasisme di
Indonesia yang telah bercokol lama di Indonesia. Bagai kanker, sistem ini
terus-menerus menjangkiti ketergantungan rakyat terhadap utang dan investasi
melalui inisiatif pemerintah.
Hingga liang lahatnya digali, Soeharto tidak pernah bertanggung
jawab atas warisan penindasan tersebut. Soeharto tidak pernah bisa dimaafkan,
apalagi didapuk sebagai pahlawan nasional. Sebab ia tak lebih dari hamba
Imperialisme, Feodalisme, dan pucuk pimpinan Kapitalisme Birokrasi di
Indonesia.
Vatov, Kepala Departemen Perempuan Front Mahasiswa Nasional
(FMN) menegaskan bahwa Soeharto memiliki dosa yang sangat banyak terhadap
rakyat Indonesia terkhususnya kaum perempuan. Jejak kelam pembungkaman hingga
penghilangan paksa terhadap rakyat menyisakan trauma yang dalam hingga saat
ini.
“Aksi Aliansi Nasional Pemuda Mahasiswa adalah salah satu bentuk
komitmen pemuda Indonesia untuk mempertahankan kenyataan sejarah milik rakyat.
Sebab, bagi rakyat, Soeharto bukanlah pahlawan, melainkan wujud nyata dari
fasisme terbuka di Indonesia. Terlebih bagi perempuan, rezim Soeharto adalah
rezim yang menindas tubuh dan suara perempuan.” Tegas Vatov.
Bram, Kepala departemen pendidikan dan propaganda Pemuda Baru
(PEMBARU) Ranting Kapuk Jakarta juga menegaskan bahwa memberikan gelar pahlawan
kepada Soeharto sama halnya pemerintah memberi legalitas atas penindasan yang
terjadi di Indonesia.
“Penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada Soeharto
merupakan Kredo, sebuah syahadat iman yang sarat makna bahwa pemerintah
membenarkan dan justeru akan terus dan terus melanggengkan penindasan,
perampasan, pelenyapan, penghisapan, pemaksaan, kriminalisasi. Dimulai dari
amnesti bagi Soeharto, melalui gelarnya sebagai pahlawan.” Jelas Bram.
Berikut tuntutan Aliansi Nasional Pemuda Mahasiswa :
- Copot gelar pahlawan nasional Soeharto
- Hentikan militerisasi sipil,
represifitas, teror, intimidasi, hingga kriminalisasi gerakan rakyat!
Bebaskan seluruh tahanan politik!
- Evaluasi total dan hentikan seluruh
proses penyelenggaraan program 8 Asta Cita yang anti rakyat dan anti
demokrasi!
- Berikan kebebasan mimbar akademik kepada
seluruh lapisan elemen masyarakat!
- Hentikan perampasan dan monopoli tanah!
Berikan perlindungan hukum kepada seluruh aktivis HAM dan Agraria yang
mempertahankan ruang hidupnya!
- Wujudkan UU Ketenagakerjaan yang mengabdi
kepada rakyat dan berorientasi pada pembangunan industri Nasional yang
mandiri dan berdaulat
- Wujudkan pendidikan yang ilmiah,
demokratis, dan mengabdi pada rakyat!
- Wujudkan Reforma Agraria Sejati dan
Industrialisasi Nasional!




Posting Komentar untuk "Soeharto Abdi Imperialis, Musuh Rakyat dan Anti Demokrasi. Tak Pantas Menjadi Pahlawan Nasional."