Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mereka Yang Terlupakan Dalam Euforia MotoGp Mandalika 2025.

Penulis : Kolektif FMN Ranting UIN Mataram


Ajang MotoGP Mandalika kembali menjadi sorotan publik. Ribuan penonton, wisatawan, dan berbagai media internasional akan kembali memusatkan perhatian pada Lombok, Nusa Tenggara Barat. Di tengah sorak-sorai kebanggaan nasional atas ajang MotoGP 2025, ada kenyataan getir bahwa warga di kawasan lingkar sirkuit masih hidup dalam bayang-bayang penggusuran, intimidasi, dan kehilangan ruang hidup mereka sendiri.


Ajang MotoGP Mandalika yang digelar pada 3–5 Oktober 2025 kembali disambut dengan gegap gempita oleh pemerintah daerah, media, dan berbagai institusi, termasuk kalangan kampus. Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, misalnya, dalam unggahan resminya menyebut Mandalika sebagai magnet wisata dan pendidikan. Narasi ini menggambarkan kebanggaan atas pencapaian daerah. Namun ironisnya, UIN Mataram tidak menyinggung sama sekali penderitaan rakyat kecil yang menjadi korban pembangunan di balik megahnya sirkuit tersebut.


Padahal, sebagaimana dilaporkan Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) Wilayah NTB, hingga September 2025 terdapat sedikitnya 218 warga yang masih bertahan di kawasan proyek PSN KEK Mandalika, tersebar di Dusun Ebunut, Muluk, dan Pedau. Mereka sudah menghadapi konflik agraria selama lebih dari 40 tahun, sejak lahan pertanian, rumah, dan kandang ternak mereka diubah menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK).


Situasi ini tidak berhenti di situ. Dalam dua bulan terakhir, laporan dari AGRA NTB telah mencatat terjadi lima kali intimidasi dan upaya penggusuran oleh aparat gabungan yang terdiri dari PT ITDC, kepolisian, dan pihak keamanan swasta Vanguard. Sekitar 700 personel keamanan bahkan sempat dikerahkan untuk menertibkan warga di sekitar pantai Tanjung Aan, tempat banyak masyarakat menggantungkan hidup dari berdagang dan bekerja informal.


Akibatnya, lebih dari 186 pedagang dan sekitar 2.000 jiwa kehilangan sumber penghasilan. Bahkan, dalam momentum MotoGP 2024 lalu, warga Dusun Ebunut yang mencoba berjualan di sekitar jalur Yellow Gate harus menyewa tenda dengan harga tinggi, hanya untuk bertahan hidup di tengah perayaan yang disebut membawa “kemakmuran daerah”.


Kenyataan ini memperlihatkan ironi yang mencolok. Di satu sisi, pemerintah dan institusi pendidikan mengagungkan Mandalika sebagai simbol kemajuan dan daya tarik global. Di sisi lain, masyarakat lokal yang sudah puluhan tahun hidup di tanah itu justru tersisih dan terusir. MotoGP mungkin membawa investasi hingga Rp 4,8 triliun, tetapi keuntungan ekonomi sebesar itu tidak pernah benar-benar menyentuh mereka yang menjadi korban proyek Pembangunan Sirkuit Mandalika.


Disisi Lain, yang paling menyakitkan adalah ketika lembaga pendidikan, yang seharusnya menjadi benteng pertahanan rakyat, justru dalam kenyataanya ikut larut dalam arus euforia semata. Bagi FMN Ranting UIN Mataram, saat ini UIN Mataram bukan sekadar diam ia juga turut memproduksi narasi palsu tentang “kemajuan Mandalika” sambil menutup mata terhadap penderitaan warga yang hidup dengan segala keterbatasan. Kampus yang mestinya menjadi corong keberpihakan justru berubah menjadi corong legitimasi pembangunan KEK Mandalika yang telah terbukti merampas hak dasar Masyarakat.


Selain itu, Ironis, ketika ilmu yang diajarkan berlandaskan nilai-nilai Islam dan keadilan sosial, tetapi sikap institusinya justru bertentangan dengan itu. UIN Mataram semestinya tidak menundukkan diri dihadapan proyek pariwisata, melainkan berpihak pada rakyat yang terkena dampak pembangunan. Apalah arti gelar akademik dan slogan moral, jika kampus memilih diam di hadapan ketidakadilan?


Kampus yang sejati adalah kampus yang berpihak. Ia tidak bersembunyi di balik jargon akademik, tetapi turun menyapa dan melihat realitas, serta mendengar jerit tangis masyarakat, dan menjadi bagian dari perjuangan menegakkan keadilan sosial. Di titik inilah UIN Mataram diuji: apakah ia akan menjadi mercusuar ilmu dan keberanian moral, atau hanya menjadi penonton yang bertepuk tangan di tengah penderitaan rakyatnya sendiri?


Posting Komentar untuk "Mereka Yang Terlupakan Dalam Euforia MotoGp Mandalika 2025."