Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sambal Pesisir, Ekonomi Alternatif Perempuan Nelayan Pesisir Tallo dan Cambayya.


Dalam momen peringatan hari HAM dan 16 HAKTP, aliansi gerak IWD dan 16 HAKTP menyelenggarakan beberapa rangkaian kegiatan salah satunya Pasar Puan yang dilaksanakan pada hari Senin 9 Desember 2024. Dalam agenda tersebut, kelompok perempuan nelayan pesisir Tallo dan Cambayya datang dan membuat stand yang memasarkan produk yang mereka buat bersama yaitu sambal pesisir.

 

Sambal pesisir adalah sebuah produk yang dihasilkan dengan menggunakan bahan utama dari hasil tangkapan perempuan nelayan pesisir Tallo dan Cambayya. Sambal pesisir ini merupakan sebuah upaya kolektif untuk membangun ekonomi yang mandiri di Tengah situasi perempuan nelayan pesisir Tallo dan Cambayya yang ruang tangkapnya semakin menyempit akibat pembangunan mega proyek pelabuhan MNP (Makassar New Port).

 

Upaya perlawanan dan penolakan terhadap pembangunan MNP sampai saat ini masih terus dilakukan oleh perempuan nelayan pesisir Tallo dan Cambayya. Sejak rencana pembangunan bahkan saat MNP diresmikan langsung oleh presiden Jokowi pada 22 Februari 2024, perempuan nelayan pesisir Tallo dan Cambayya bahkan diperhadapkan langsung dengan aparat kepolisian bahkan TNI saat mereka berbaris sambil memegang spanduk dan poster tuntutan sebagai bentuk penolakan mereka terhadap pembangunan MNP.

 

Sampai saat ini sudah ada 3 produk yang diproduksi oleh kelompok perempuan nelayan pesisir Tallo dan Cambayya. Sambal pesisir adalah produk utamanya yang terbagi dari 3 jenis yaitu sambal udang, kepiting dan kerang. Kedua adalah salonde, makanan tradisional yang bahan utamanya adalah campuran kelapa dan tude atau udang. Yang ketiga adalah ebi kering.

 

Pembuatan sambal pesisir ini juga tidak bisa dipisahkan dari upaya perlawanan perempuan nelayan pesisir Tallo dan Cambayya. Ini adalah cara mereka mempertahankan laut mereka, sebab semua bahan utama dari produksi mereka adalah dari laut. Pembangunan yang semakin bar-bar di pesisir nyatanya membuat ruang tangkap nelayan terutama perempuan nelayan semakin menyempit bahkan hilang. Reklamasi di pesisir juga membutuhkan pasir dari tengah laut sebagai material reklamasinya.

 


Ibu Harianti dari pesisir Cambayya menyampaikan situasi perempuan pesisir di Cambayya.

 

“Sampai saat ini perempuan nelayan di pesisir Tallo dan Cambayya mengalami kemiskinan akibat aktivitas reklamasi MNP. Perempuan di cambayya hingga sekarang menolak CSR dari perusahaan PT.Pelindo karena menurut mereka itu seperti menjual laut atau ruang kelola masyarakat dan upaya pemerintah meredam gerakan di pesisir. Sehingga perempuan nelayan bersepakat membuat kelompok ekonomi perempuan pesisir untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan dana juang.” Jelas Ibu Harianti.

 

Selain itu, masalah lain yang sudah sejak lama dihadapi perempuan pesisir Cambayya ialah krisis air bersih. Bantuan air dari pemerintah kondisi airnya tidak layak dikonsumsi sehingga perempuan di Cambayya juga harus membeli air bersih untuk kebutuhan rumah tangga.

 

Nurfianalisa dari SP AM (Solidaritas Perempuan Anging Mammiri) organisasi yang selama ini mendampingi perempuan nelayan pesisir Tallo dan Cambayya menyampaikan bahwa konsep ekonomi produksi yang mandiri merupakan suatu konsep yang dibangun oleh SP AM.

 

“Produksi hasil laut yang dilakukan oleh perempuan pesisir Makassar sebagai upaya membangun ekonomi mandiri perempuan. Hal ini juga bagian dari konsep yang dibangun Solidaritas Perempuan yakni feminis, ekonomi, solidarity. Konsep ini adalah salah satu alternatif untuk mengembangkan ekonomi mandiri perempuan dan menjadi ruang solidaritas di antara perempuan pesisir dan nelayan. Ini juga dapat menjadi alat perlawanan perempuan dari sistem ekonomi yang mengeksploitatif terhadap perempuan dan lingkungan” Tegas Ica sapaan akrabnya.


Sry Wahyuni GH pimpinan FMN Makassar juga mengeluarkan statemen serupa. Dia menilai bahwa apa yang dilakukan oleh perempuan nelayan pesisir Tallo dan Cambayya seharusnya menjadi contoh bagi semua organisasi massa untuk mandiri secara ekonomi.


“Ekonomi mandiri kreatif yang dibuat oleh perempuan nelayan pesisir Tallo merupakan upaya perlawanan alternatif menghadapi Proyek Strategis Nasional yaitu MNP. Praktek membangun ekonomi mandiri adalah sebuah langkah maju untuk membangun kemandirian organisasi. Hal ini perlu diteladani bagi semua organisasi massa termasuk organisasi mahasiswa yang kerap menghadapi kesulitan secara ekonomi. Organisasi yang mandiri dan stabil secara ekonomi akan menunjang seluruh pekerjaan lainnya termasuk di lapangan politik dan organisasi.” Jelas Sry.

Posting Komentar untuk "Sambal Pesisir, Ekonomi Alternatif Perempuan Nelayan Pesisir Tallo dan Cambayya."