REBUT BALIK!
Penulis : Alwidyasyah Abdul Jabbar | Pimpinan Pusat FMN
enam derajat lintang utara,
sebelas derajat lintang selatan,
sembilanlima derajat bujur timur,
satu empat satu derajat bujur barat;
antara benua asia dan australia,
ditengah samudra pasifik dan hindia
tujuh belas ribu pulau
angkut dua ratus lapantujuh juta —
— kita
yang sulam luas tanah jadi padi
yang telisik keras ombak jadi ikan
yang peras kata jadi sastra
yang tempa gema jadi nada
Ratus ratus tahun lamanya
Kita pula yang menjalin
Merah alir getih
dan putih keras tulang
Jadi panji menghalau musuh
lalu membela fajar dengan jasad nenek dan ibu kita
dari bule dan orang asing
yang mengambil cuma-cuma
padi, ikan, sastra, nada milik kita
kita juga coba berjuang
Agar mereka yang menggerutu pada portugis dan belanda
Bisa betul bicara mewakili kita
Tegak busung dada di hadapan bangsa-bangsa
Tapi Hatta dan sjahrir,
kusno, dan harto,
rudy dan gus dur,
mega dan beye,
mulyono dan prabowo
Malah huyung silau — kalah dan kecut
bahkan kagum dan takzim
Pada makar modal dan skema sihir
Milik cukong dan calo
yang kufur pada bumi, yang lancang pada waktu
Kita yang mulanya mulia
dengan hamparan bumi dan laut dan matahari
Dipaksa cukup dengan tanah sebidang saja
Puas dengan laut sekerat saja
Ikhlas dengan industri rakitan saja
Tawakal dengan sisa remah di kota-kota
dengan pasar yang tiap waktu gemetaran
digenang pasang krisis dan kebodohan
kita dituduh jadi benalu
sebab konon menghambat mereka
untuk bangun jutaan tumbak keraton dan kamar mandi
tempat mereka makan, berak, senggama,
congkak ketawa-tawa
Di atas puing gubuk kita yang sederhana
dan kapal kecil kita yang anggun menyusur zaman
dan nada kita yang memuji kerja dan kemajuan
dan harus lebur karena nafsu mereka
kalau mereka terus
bebal pada sindir dan kebal pada tanya
Tinggal tunggu waktu saja
Kita raba sejarah moyang kita
Belajar pada tapak sepuh kita
Untuk tempa tanah jadi setra
Ubah ombak jadi benteng
Gubah Kata jadi seru
Sulut gema jadi ledak
Dipimpin langkah tegar buruh merentas
Ditopang juta tani menuai api
Disokong hijau tunas pemuda mahasiswa
Dan baris alim ulama cendekia pengusaha cinta bangsa
Laut di sulut
Bumi digulung
Desa direbut
Kota dikepung
HAYYA 'ALAL FALAH!
HAYYA 'ALAL FALAH!
Dengannya
bumi
dan laut
dan matahari
pasti milik kita kembali.
sebelas derajat lintang selatan,
sembilanlima derajat bujur timur,
satu empat satu derajat bujur barat;
antara benua asia dan australia,
ditengah samudra pasifik dan hindia
tujuh belas ribu pulau
angkut dua ratus lapantujuh juta —
— kita
yang sulam luas tanah jadi padi
yang telisik keras ombak jadi ikan
yang peras kata jadi sastra
yang tempa gema jadi nada
Ratus ratus tahun lamanya
Kita pula yang menjalin
Merah alir getih
dan putih keras tulang
Jadi panji menghalau musuh
lalu membela fajar dengan jasad nenek dan ibu kita
dari bule dan orang asing
yang mengambil cuma-cuma
padi, ikan, sastra, nada milik kita
kita juga coba berjuang
Agar mereka yang menggerutu pada portugis dan belanda
Bisa betul bicara mewakili kita
Tegak busung dada di hadapan bangsa-bangsa
Tapi Hatta dan sjahrir,
kusno, dan harto,
rudy dan gus dur,
mega dan beye,
mulyono dan prabowo
Malah huyung silau — kalah dan kecut
bahkan kagum dan takzim
Pada makar modal dan skema sihir
Milik cukong dan calo
yang kufur pada bumi, yang lancang pada waktu
Kita yang mulanya mulia
dengan hamparan bumi dan laut dan matahari
Dipaksa cukup dengan tanah sebidang saja
Puas dengan laut sekerat saja
Ikhlas dengan industri rakitan saja
Tawakal dengan sisa remah di kota-kota
dengan pasar yang tiap waktu gemetaran
digenang pasang krisis dan kebodohan
kita dituduh jadi benalu
sebab konon menghambat mereka
untuk bangun jutaan tumbak keraton dan kamar mandi
tempat mereka makan, berak, senggama,
congkak ketawa-tawa
Di atas puing gubuk kita yang sederhana
dan kapal kecil kita yang anggun menyusur zaman
dan nada kita yang memuji kerja dan kemajuan
dan harus lebur karena nafsu mereka
kalau mereka terus
bebal pada sindir dan kebal pada tanya
Tinggal tunggu waktu saja
Kita raba sejarah moyang kita
Belajar pada tapak sepuh kita
Untuk tempa tanah jadi setra
Ubah ombak jadi benteng
Gubah Kata jadi seru
Sulut gema jadi ledak
Dipimpin langkah tegar buruh merentas
Ditopang juta tani menuai api
Disokong hijau tunas pemuda mahasiswa
Dan baris alim ulama cendekia pengusaha cinta bangsa
Laut di sulut
Bumi digulung
Desa direbut
Kota dikepung
HAYYA 'ALAL FALAH!
HAYYA 'ALAL FALAH!
Dengannya
bumi
dan laut
dan matahari
pasti milik kita kembali.
Sajaknya bagus sekali!!! Terus berkarya untuk rakyat pekerja yang sudah terlalu lama menderita penindasan dan penghisapan imperialisme, kaum tuan tanah, kapitalis kompardor dan kapitalis birokrat!!
BalasHapus