Tolak Rencana Kenaikan BBM dari Rejim Jokowi-JK
Pada 20 Oktober 2014, menjadi sebuah awal
pergantian rejim dari SBY-Boediono ke rejim baru Jokowi-JK. Rejim baru
Jokowi-JK dianggap sebagai presiden populis yang disebut-sebut sebagai ratu adil atau satria pinigit yang dapat
mengubah nasib rakyat Indonesia. Jokowi ingin melahirkan sebuah sistem gaya pemerintahan
yang “bersandar dari rakyat”. Ini adalah sebuah ilusi yang mendalam yang
dilahirkan oleh Jokowi-JK terhadap rakyat Indonesia,. Kita tahu Jokowi-Jk hanya
rejim yang berkedok nasionalis dengan
mengerahkan seluruh kekuatan pendukungnya (termaksud kaum intelektuil
teknorat) untuk tampil seolah-olah menjadi presiden yang merakyat. Bahkan
menurut pandangan kita, bahwa Jokowi-JK tidak sedikit sama apabila dibandingkan
dengan rejim nasionalis Soekarno. Karena terbukti, Jokowi tidak pernah
berbicara anti imperialis. Namun malah setelah pelantikannya, Jokowi bertemu
dengan menlu AS John Kerry dan Jokowi menunjukkan kebonekaannya dengan
mengundang secara formil imperialisme AS untuk menanamkan investasinya di
bidang industri dan infrastuktur di Indonesia. Jelas, Jokowi hanya meneruskan
demokrasi palsu SBY dengan menyebar benih-benih ilusi yang dalam atas perubahan
terhadap rakyat Indonesia.
Terpilihnya Jokowi-JK sebagai Presiden ke-7,
tidak akan memberikan perubahan secara mendasar bagi rakyat Indonesia. Berbagai
agenda perubahan yang disiapkan oleh Jokowi-JK melalui visi, misi dan
programnya dengan revolusi mental di dunia pendidikan untuk membentuk nilai-nilai
dan dan karakter kebangsaan adalah omong kosong saja. Karena dalam revolusi
mentalnya, tidak akan mengubah orientasi pendidikan di Indonesia yang akan
mengabdi kepada imperialisme dan feodalisme. Demikian, pendidikan di Indonesia
akan tetap menjadi instrument kebudayaan sebagai legitimasi untuk melanggengkan
kepentingan imperialisme AS dan feodalisme di Indonesia.
Sama halnya dengan program reforma agraria
palsu Jokowi. Ia akan tetap merampas tanah rakyat dengan program pertanian
keluarga namun di bawah kendali perkebunan dan perusahaan. Selain itu, akan
tetap mengembangkan petani plasma yang tetap bergantung dan memberikan
keuntungan bagi perkebunan. Petani-petani akan terlilit utang pula untuk
mempertahankan proses kerjanya dengan peran bank-bank petani yang dibentuk oleh
Jokowi. Bahkan dengan reaksionernya Jokowi akan melanjutkan pembangunan
nasional melalui MP3EI (atau diubah namanya nanti), untuk tetap memasifkan
perampasan tanah dan upah rakyat. Kemudian program pembaruan reforma agraria
palsu dari Jokowi-JK Nampak akan semakin terbantahkan karena dirinya akan
merampas tanah dengan pembangunan tol 3000 KM yang tidak ada bedanya dengan Jalan
raya Pos semasa Deandles.
Politik upah murah akan tetap dijalankan oleh
Jokowi. Bahkan Jokowi akan berencana untuk mengatur kenaikan upah sekali dalam
dua tahun. Ini adalah sebuah kebijakan yang anti terhadap kesejahteraan buruh
dan keluarganya.
Dan ke depan Jokowi-JK akan tetap mengandalkan
pembangunan nasional yang bersandar pada investasi dan impeutang kepada imperialisme AS beserta
sekutunya. Jokowi juga akan tetap menjalankan kerjasama bilateral komprehensif
Indonesia-USA, Indonesia-UE, Indonesia-Cina serta mempertahankan FTA dan MEA
2015. Jokowi juga akan tetap menjadikan lembaga-lembaga internasional
(instrument imperialisme AS; WTO, IMF, Word Bank, ADB) sebagai panutan dalam perdagangan
dan mendapatkan suntikan dana (utang, investasi).
Oleh karena itu, di tengah ilusi yang sedang
dijalankan oleh rejim Jokowi-JK, FMN
harus mampu dengan komprehensif dan objektif untuk membedah dan selanjutnya
membongkar seluruh program dan kebijakan Jokowi-JK yang sudah pasti anti rakyat
dan tentu akan mengabdi kepada tuannya imperialisme AS. Karena rejim Jokowi hanyalah pemerintahan baru
yang meneruskan demokrasi palsu SBY untuk tetap melanggengkan dan mengamankan
Indonesia sebagai Negara Setengah jajahan dan setengah feudal di bawah
cengkraman imperialisme dan feodalisme. Maka, tugas ke depan FMN akan lebih
besar lagi untuk dapat membongkar seluruh ilusi dan manipulasi yang dilahirkan
oleh rejim Jokowi-JK dengan propaganda, pendidikan-pendidikan, kampanye,
rekrutmen dan memperbesar kekuatan rakyat untuk melawan rejim yang berkedok
populis dan sok nasionalis.
Tolak Rencana Kenaikan BBM
Di tengah carut-marutnya penyusunan kabinet
Jokowi-JK yang berulang kali gagal mengumumkan, bukanlah semata-mata akibat
calon-calon menteri yang ditunjuk terduga kasus korupsi dan pelanggar HAM. Karena bagi kita, siapa pun yang menjadi
menteri-menteri dalam kabinet Jokowi-JK nanti, pasti juga akan berasal dari
birokrat-birokrat pemerintahan negara dan birokrat kampus yang korup dan
pengekang HAM. Namun penundaan tersebut lebih diakibatkan tarik-menarik dari
partai-partai beserta klik pendukung Jokowi-JK untuk mendapatkan jatah kursi
menteri. Tapi, Jokowi-JK berusaha membungkus ini dengan mencipkan sebuah kesan bahwa dirinya sangat selektif
dalam menentukan kursi menteri di kabinetnya. Ini lagi-lagi adalah sebuah ilusi
dan manipulasi yang sesungguhnya sudah biasa dipertontonkan rejim ke rejim yang
berkuasa di Indonesia. Dan paling celaka, di tengah-tengah pusat perhatian
masyarakat tertuju pada isu penyusunan kabinet yang digulirkan oleh Jokowi-JK, dengan
liciknya Jokowi-JK telah bersiap-siap menaikkan BBM pada awal November 2014
ini.
Rencana kenaikan BBM sebenarnya telah
diwacanakan sebelum Jokowi-JK dilantik. Untuk merealisasikannya, rencana
kenaikan BBM akan dilaksanakan pada awal November tahun ini. Ini adalah salah-satu
kebijakan yang anti rakyat dengan mencabut subsidi dan menaikkan BBM. Padahal
dalam konstitusioanal kita, subsidi merupakan fasilitas pelayanan umum (pasal
34 ayat 3) yang harus diberikan pemerintah
kepada rakyatnya.
Dengan alasan defisit APBN tahun 2014 dijadikan
sebagai alasan utama. Alasan ini merupakan apologi klasik yang selalu dipakai
oleh semasa SBY berkuasa dalam menaikkan BBM. Bahkan PDI P sebagai partai
oposisi semasa SBY berkuasa, jelas-jelas selalu menolak kenaikan BBM dengan
alasan defisit anggaran dari SBY. Namun sekarang Presiden Jokowi, malah
menggunakan dalih yang sama seperti SBY dalam menaikkan BBM dengan alasan defisit
anggaran 2014 dan pengalihan subsidi. Dalam
hal ini, SBY dan Jokowi mempunyai watak yang sama dalam menaikkan BBM. Dan untuk
mencegah dampak lonjakan kebutuhan pokok di pasar akibat inflasi dari kenaikan
BBM nanti, Jokowi telah menyiapkan kompensasi pada orang miskin di Indonesia
sebesar Rp. 150.000,- /bulan selama 2-3 bulan untuk 20 keluarga miskin di
Indonesia. Kompensasi ini sama pula dengan konsep BLT yang pernah dijalankan
semasa SBY.
Alasan lain menaikkan BBM adalah akibat
kenaikan BBM dunia. Padahal kita tahu jelas-jelas bahwa 1 Tahun ini harga
minyak dunia berada pada level bawah. Artinya alasan ini tidak ilmiah jika tetap
digunakan Jokowi untuk menipu rakyat demi mencabut subsidi BBM. Tapi, kenaikan
BBM hanya memberikan keuntungan kepada perusahaan-perusahaan eksplorasi dan
ekploitasi minyak milik imperialisme AS. Indonesia mengikuti harga minyak dunia
juga karena ketergantungan impor minyak akibat
minyak Indonesia yang dikuasai 88% oleh asing khususnya perusahaan minyak milik
imperialisme AS. Inilah yang mejadi Akar masalah kenaikan BBM di Indonesia, bukan karena defisit,
pengalihan subsidi atau harga minyak dunia. Namun
kenaikan BBM di Indonesia akibat
terjadinya monopoli atas sumber-sumber minyak di Indonesia oleh kapitalisme
monopoli internasional khususnya AS.
Di Indonesia dengan 84 kontraktor Migas yang dikategorikan
ke dalam 3 kelompok, (1)Super Major yang terdiri dari Exxon Mobile,
Total Fina Elf, BP Amoco Arco, dan Texaco ternyata menguasai cadangan minyak
70% dan gas 80% Indonesia. (2) Major yang terdiri dari Conoco,
Repsol, Unocal, Santa Fe, Gulf, Premier, Lasmo, Inpex, dan Japex telah
menguasai cadangan minyak 18% dan gas 15%. Dan (3) Perusahaan
pertamina menguasai cadangan minyak 12% dan gas 5%
Kebijakan liberalisasi terhadap minyak dan gas di
Indonesia diatur dalam UU. No. 22 Tahun
2001. UU tersebut tidak menjadikan minyak sebagai komoditas strategis yang
memprioritaskan kebutuhan domestik, akan tetapi didorong sebagai komoditas
pasar internasional yang dikuasai oleh perusahan-perusahaan kapitalisme
monopoli internasional.
Kementerian ESDM menyebutkan bahwa kilang minyak di
Indonesia mampu memproduksi minyak per hari sebesar 820.000 bph. Sedangkan kebutuhan minyak di Indonesia per hari
sekitar 1,25 juta bph. Artinya terdapat defisit minyak per hari sekitar 430.000
bph. Namun, disini akan semakin terang bagaimana hubungan defisit minyak
sebagai dampak penguasaan imperialis atas minyak di Indonesia. Pertamina
sebagai satu-satunya perusahaan minyak di Indonesia yang hanya 12 % menguasai
ladang minyak mampu memproduksi sekitar 254.570 bph per hari. Jadi, apabila ditambah dengan
produksi ladang minyak Indonesia yang dikuasai
oleh asing 88%, tentu angka kebutuhan minyak per hari Indonesia 1,25
juta bph akan terpenuhi atau bahkan lebih besar lagi. Inilah yang kita sebut
tadi bahwa defisit minyak di Indonesia bukan karena ketidaksanggupan ladang
minyak Indonesia memenuhi kebutuhan domestik, namun karena adanya monopoli
minyak Indonesia oleh imperialisme khususnya AS yang dilanggengkan hingga rejim
Jokowi-JK saat ini. Belum lagi kita akan berbicara bahwa sumber energy (minyak)
terbarukan dari nabati yang dilolah dari kepala sawit yang dapat menghasilkan
minyak di Indonesia. Kemudian rencana kenaikan BBM sebesar Rp. 3000,- sehingga
bensin nantinya menjadi Rp. 9.500,-/liter sungguh-sungguh keterlaluan.
Dengan harga bensin saat ini Rp. 6.500 per liter, pemerintah sesungguhnya hanya
mensubsidi 1.500-2.000/ liter. Artinya dengan kenaikan Rp. 3.000,- pemerintah akan untung besar dan sebuah
manipulasi menjadikan defisit anggaran sebagai alasan mencabut subsidi BBM.
Jadi, semakin jelas bahwa kenaikan BBM merupakan kebijakan
anti rakyat dan semata-mata memberikan
keuntungan bagi perusahaan minyak imperialisme AS, yang semakin mencekik rakyat
Indonesia.
Dalam momentum Hari Sumpah Pemuda ke-86, FMN
menyerukan “Kobarkan Semangat Perjuangan
menyongsong Hari Sumpah Pemuda Ke-86 Tahun dan Tolak Rencana Kenaikan BBM dari
Rejim Jokowi-JK. FMN harus mampu menjalankan kerja massa
komprehensif dengan menjalankan propaganda-propaganda, pendidikan, rekrutmen
dan kampanye-kampanye untuk membongkar rejim baru Jokowi-JK yang berkedok
populis dan sok nasionalis yang buktinya adalah rejim boneka Imperialisme AS
penerus demokrasi palsu SBY. FMN dapat memanfaatkan isu rencana kenaikan BBM
ini menjadi isu hangat yang dapat membangkitkan kesadaraan anggota dan massa
mahasiswa yang terilusi dari rejim Jokowi-JK
dan kembali mengobarkan perjuangan massa demokratis nasional memblejeti
rejim Jokowi-JK sebagai rejim boneka Imperialisme AS.
Jayalah perjuangan Demokratis Nasional !
Posting Komentar untuk " Tolak Rencana Kenaikan BBM dari Rejim Jokowi-JK"